Centre of Gravity

Di era sepakbola modern, tidak ada pemain yang menempati satu posisi yang sama secara terus menerus selama pertandingan. Seorang bek tengah bisa saja tiba-tiba melakukan serangan lewat sayap. Suarez ketika di Liverpool sering terlibat dalam build up saat menyerang. Kita lihat bagaimana Ivanovic, Zabaleta, atau Coleman sering dijadikan senjata rahasia oleh timnya untuk melakukan tusukan ke dalam kotak penalti. Hasilnya? Beberapa buah gol.

Perdebatan hangat perihal posisi Özil sebagai seorang No 10 tengah mencuat. Banyak pihak yang merasa bahwa posisi itu adalah tempat terbaik bagi sang Pass Master. Tapi, apakah kita benar-benar tahu apa sebetulnya posisi No 10 itu? Apakah orang yang amat sangat ngotot ingin melihat Özil memainkan posisi itu tahu betul tugas dan fungsinya? Saya ragu. Kalau definisinya adalah sebagai playmaker maka pertanyaan selanjutnya, apakah playmaker itu adalah orang yang harus selalu bermain di tengah? That’s the tricky part.

Apapun itu, kita tidak tahu instruksi apa yang diberikan Wenger kepada Özil. Dan menyimpulkan bahwa ia tidak memainkan peran sebagai No 10 karena ditampilkan dalam formasi sebagai pemain sayap, menurut saya terlalu cetek. Dengan pengetahuan mengenai sepakbola yang terbatas, saya mencoba melihatnya dari perspektif yang lebih awam. Istilah yang saya gunakan adalah Centre of Gravity (CoG). Relatif mudah untuk dilakukan. Anda cukup mencari tahu, siapa pemain yang paling banyak menerima dan mengirimkan bola. Serta, siapa pemain yang paling banyak terlibat dalam setiap aksi tim di lapangan. Dialah orangnya. Contoh, FC Barcelona bisa dikatakan memiliki Messi dan Xavi sebagai CoG mereka. Dengan adanya dua orang tersebut jelas membuat Fabregas sulit mendapatkan banyak peran. Mungkin tidak bermain jelek. Tapi karena bukan pusat permainan maka otomatis tidak menjadi pusat perhatian. Seolah anonimus. Lalu muncul kesimpulan, Fabregas Barca tidak lagi sehebat Fabregas Arsenal. Apakah betul? Tengok performanya saat ini. Maureen menjadikannya sebagai salah satu CoG bagi Chelsea.

Di awal musim ini, terjadi perpindahan Centre of Gravity dari Özil (musim lalu) ke Wilshere (sejauh ini). Ada semacam proyek Wilshere 1.0 yang sedang digarap oleh Wenger. Ia menegaskan dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu, apabila Wilshere bebas dari cedera maka musim ini akan menjadi miliknya. Skema ini juga berdampak pada performa Ramsey. Biasanya kita sering melihat bagaimana Ramsey mengambil dari kedalaman lalu melakukan kombinasi dengan Ozil saat melakukan serangan. Dengan adanya Wilshere, Ramsey harus lebih cermat membaca kapan timing yang tepat untuk naik dan turun. Hal ini seolah membatasi ruang gerak favoritnya, from box to box. Terlebih apabila sektor tengah Arsenal diisi oleh Özil, Ramsey, Wilshere, dan Cazorla. Naluri keempatnya adalah melakukan pergerakan di tengah lapangan untuk kemudian mendistribusikan bola kepada para penyerang. Tapi, kalau semuanya ingin menjadi distributor, siapa yang melakukan finishing? 1 orang striker tidaklah cukup.

Sejatinya, apabila kita ingin mendapatkan hasil terbaik dari seorang pemain, penempatan posisi dan instruksi untuknya haruslah menyesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Saya ingin sekali menyertakan gambar analisis statistik (untuk kali ini saya akan membiarkan anda yang membuktikannya sendiri) seorang Mesut Özil kala ia diberi arahan untuk menjadi pusat permainan Arsenal. Seseorang dengan kemampuan membaca permainan yang amat brilian. Kemampuan passing yang luar biasa. Akan jelas terlihat perbedaan antara Özil musim lalu dan musim ini ketika influence nya di lapangan tidak lagi besar. Perdebatan soal posisi di sayap atau di belakang striker tidak menarik bagi saya. Seharusnya pembahasan  yang terjadi terfokus pada instruksi dan gameplan yang disusun oleh sang manager.

Penting sekali untuk menentukan kapan memberikan peran besar bagi Ozil, Wilshere atau Ramsey. Ada baiknya apabila penggunaan ketiganya menyesuaikan dengan lawan yang akan dihadapi. Saat bertanding dengan tim yang memiliki fisik diatas rata-rata atau saat ingin menerapkan pressing di daerah lawan dengan disiplin tinggi maka memberikan peran besar bagi Wilshere atau Ramsey menjadi pilihan yang masuk akal. Formasi 4-1-4-1 adalah salah satu jenis formasi yang bagus dalam mengakomodir hal tersebut. Formasi ini memudahkan sebuah tim untuk melakukan pressing secara serempak untuk menutup ruang bagi lawan. Tapi ketika memainkan sepakbola counter attack dengan umpan terobosan dan bola-bola daerah maka menjadikan Özil sebagai otak permainan rasanya lebih tepat. Hasil yang nampak sejauh ini bisa dilihat dengan jelas. Di awal musim saat Arsenal memenangkan Community Shield, Arsenal memainkan 4-1-4-1 dan bermain tanpa Özil. Kala menang 0-3 atas Villa, Wenger memilih Özil dan Ramsey, diantara ketiga pemain tersebut. Ibarat permainan kartu, penggunaan semua kartu As hendaknya dilakukan dengan cermat.

 

Formasi Serang

Formasi Serang

About Arsya The Gooner

I'm forever Arsenal.

Leave a comment