Step Up, Calum!

Sudah banyak opini yang dilontarkan para gooner perihal kemungkinan Calum Chambers diposisikan menjadi Defensive Midfielder. Hal ini tidaklah aneh karena posisi yang biasa dikenal dengan istilah jangkar ini agaknya dipandang masih menjadi kelemahan terselubung. Kenapa terselubung? Karena efek dari lemahnya sektor ini tidak secara langsung terlihat. Apabila sebuah tim kemasukan gol maka kebanyakan orang akan menyalahkan pemain bertahan. Dan saat mengalami kesulitan mencetak gol maka penyerang serta merta menjadi kambing hitam. Namun, bukankah situasi menyerang atau diserang itu adalah hasil dari pertempuran lapangan tengah? Konsekuensi logis ketika sebuah tim kalah dalam pertempuran lapangan tengah, yang notabene adalah sektor terpadat dalam sebuah pertandingan sepakbola, maka sudah barang tentu mereka akan menjadi bulan-bulanan lawannya.

Sejak hari pertama Chambers bermain untuk Arsenal, saya langsung yakin bahwa ia memiliki kualitas seorang DM. Sang manager sendiri yang mengkonfirmasi hal tersebut. Ia mengutarakan bahwa Chambers dibawa ke Arsenal untuk mengcover 3 posisi. Setiap orang memiliki penilaian yang berbeda mengenai kriteria DM yang mumpuni. Bagi saya ada 3 atribut penting yang harus dimiliki oleh seorang jangkar yaitu tackling, passing, dan duel. Perhatikan profil Chambers di bawah ini

Data Diri Chambers

Data Diri Chambers

Profil Chambers

Profil Chambers

Postur fisiknya tidak diragukan lagi. Kelebihan yang dimiliki amat mendukung kesuksesannya jikalau dipercaya Wenger mengisi posisi DM. Sedikit kelemahan yang harus diperbaiki adalah kemampuan hold up-nya. Namun, hal ini tidak menjadi masalah besar karena sebagai defensive mid, ia menentukan timing transisi tim sehingga tidak dituntut untuk memegang bola terlalu lama. Berbeda dengan Giroud yang memang memiliki kewajiban tersebut.

Performanya di The Saints Musim Lalu

Performanya di The Saints Musim Lalu

Southampton Youngster

Southampton Youngster

Semenjak di The Saints, Chambers memang miliki kemampuan passing yang baik. Hal ini pula yang membuat Wenger tertarik untuk merekrutnya. Agaknya, atribut ini menjadi salah satu komponen utama Wenger dalam membeli pemain.

 

MUSIM 2014/2015

Mari kita perhatikan rata-rata nilai per pertandingan Chambers dibandingkan dengan Arteta dan Flamini. Perlu dicatat bahwa angka yang disajikan disini adalah data-data untuk musim 2014-2015 yang sejauh ini baru dimainkan sebanyak 6 kali.

Passing

Pass Completion Rate

Avg Pass Completion Rate

Untuk berperan sebagai distributor dan konektor antara lini belakang dan depan, Ia memiliki tingkat kesuksesan passing yang relatif baik, 88% dari seluruh percobaan passing yang dilakukannya. Walaupun ia masih kalah dibandingkan dengan senior-seniornya untuk atribut yang satu ini. Arteta menjadi pilihan utama Wenger karena menonjol dalam urusan yang satu ini. Tapi, berbekal passing yang baik saja tidak cukup. Seorang DM harus mampu melindungi para pemain bertahannya dari laju serangan lawan.

Tackling

Tackles Won %

Tackles Won per Game

Sebuah tackling yang baik dapat memecah serangan lawan. Rata-rata 2 tackle yang sukses merebut bola dari kaki lawan di setiap pertandingan membuat Chambers mengungguli yang lain. Karakteristik ini juga penting mengingat DM sering kali menjadi pelapis bagi pemain bertahan kala mereka keluar dari posisinya.

Duel Udara

Aerial Duels

Avg Aerial Duels Won

Bayangkan ketika Szczesny mengirimkan bola ke lapangan tengah dan duel udara harus terjadi. Lalu bayangkan Arteta atau Flamini berjibaku dengan Nemanja Matic, Morgan Schneiderlin, atau Yaya Toure. Bukan pemandangan yang indah.

 

Atribut Lain

Successful Take Ons

Avg Successful Take Ons

Take ons dalam bahasa indonesia adalah dribble untuk melewati lawan alias gocekan. Ada yang menarik untuk disimak disini. Sejauh ini, Arteta dan Flamini tidak pernah sukses melakukan percobaan melewati lawan dengan kemampuan goceknya. Sementara Chambers memiliki nilai persentase yang tinggi padahal, ia lebih banyak dimainkan sebagai bek tengah (kok bisa?!). Bukan sekali dua kali kita melihat ia mencoba men-dribble bola dari belakang ke tengah lalu mengirimkan passing ke depan saat opsi passing amat terbatas. Artinya, kala situasi mendesak, Chambers dapat memanfaatkan kemampuan dribblingnya sebelum melakukan passing. Sering kali situasi di lapangan tidak se-ideal yang diharapkan. Menghadapi lawan macam Dortmund yang rajin menutup semua celah passing, membuat seorang DM harus pintar-pintar membaca situasi dan sesekali berjuang sendirian dengan mencoba melewati satu atau dua pemain lawan.

Atribut Lainnya

Atribut Lainnya

Selain itu, kita bisa juga membandingkan atribut-atribut lain yang dapat melengkapi seorang DM antara lain interception, blocking, dan chances created. Dari kesemua atribut ini, Flamini mengungguli yang lain. Tapi jangan lupa, Chambers baru 19 tahun. Karirnya masih panjang. Learning Curve nya masih bisa dibentuk. Dengan pengalaman yang seimbang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lama, ia akan berkembang menjadi pemain yang hebat.

NOW IS THE TIME

Tidak ada waktu yang lebih mendesak untuk bereksperimen dengan pemain seperti sekarang ini. Dengan cederanya beberapa pemain kunci,  pertandingan melawan Chelsea minggu depan menjadi laga yang sulit. Pertemuan antara dua tim yang belum terkalahkan di BPL hingga saat ini hampir dapat dipastikan berlangsung ketat. Memainkan Diaby dan Flamini rasanya memberi keraguan, setidaknya bagi saya. Pertandingan akan berjalan dengan tempo yang cepat dan benturan fisik yang keras. Akankah Flamini mampu mengimbangi akselerasi penyerang-penyerang Chelsea? Mampukan Diaby bertahan dari hantaman-hantaman Matic?

Dibutuhkan solusi tepat dan cepat untuk menjembatani periode krisis ini. Bellerin, Hayden, dan mungkin beberapa nama lain seperti Ajayi dan Coquelin akan disiapkan menjadi pelapis tim utama.  Bulan Januari masih lama, sementara itu lets try and survive with this formation.

Formasi Krisis?

Formasi Krisis?

About Arsya The Gooner

I'm forever Arsenal.

Leave a comment