Press or Die

Percayalah, tulisan kali ini dikeluarkan bukan karena hasil buruk di AshGrove melawan United. Namun, lebih karena pengamatan saya atas pola permainan Arsenal, terutama saat kehilangan bola.

Bagi anda yang memiliki TV berlangganan khususnya yang menayangkan Bundesliga, coba sesekali disimak. Bagi saya, pertandingan-pertandingannya memberikan alternatif bagi Liga Premier, lebih seru dari Italia atau Spanyol.

Satu hal menarik perhatian saya dari Bundesliga adalah bagaimana tim-tim jerman melakukan pressing saat kehilangan bola. Tidak hanya saat laga-laga big match seperti Muenchen, Dortmund atau Leverkusen. Laga Hertha Berlin atau Paderborn sekalipun tetap mempertunjukkan hal yang sama.  Dan ketika melihat Chelsea, Muenchen, atau Barcelona juga menerapkan hal yang sama, saya jadi berpikir, apakah pressing menjadi tren baru di dunia sepakbola? apakah pressing sebuah fenomena baru di dunia sepakbola? Jawabannya tentu saja tidak. Pressing sudah ada semenjak olahraga ini ditemukan. Tapi, kata kuncinya adalah, pressing seperti apa yang dilakukan tim anda? Ataubahkan, apakah tim anda melakukan pressing?

Arsenal termasuk tim yang tidak menerapkan pressing secara rutin. Analisisnya bisa dibaca disini:

http://spielverlagerung.com/2014/11/16/wengers-problems-and-arsenals-long-term-crisis/

Dari dulu kita selalu dihantui dengan cedera. Sepertinya, hal ini yang membuat Wenger tidak menerapkan pola pressing karena pressing kerap berujung pada cedera. Benarkah?

Menurut saya yang terjadi justru sebaliknya. Cedera yang dialami oleh para pemain Arsenal saat ini adalah akibat pressing aggresif yang dideritanya. Karena dengan tidak melakukan pressing, psikologis lawan terhadap para pemain kita membuat mereka lebih berani dan agresif. Arsenal hampir tidak pernah melakukan permainan agresif dan ngotot secara konsisten dari satu laga ke laga lainnya selama 90 menit. Terlebih, skema tippy-tappy mereka juga membuat lawan “gemes” untuk menghentikan mereka.

Saat ini Wenger hanya punya 2 pilihan, menyesuaikan gaya permainan di setiap pertandingannya atau terus memainkan pola yang sama. Apabila opsi kedua yang dipilih, hampir bisa dipastikan Arsenal hanya akan mengandalkan skill individu pemain kelas dunia macam Sanchez dan berharap pada kesalahan yang dilakukan oleh lawan untuk bisa memenangkan sebuah laga. Hal yang tentu saja tidak akan sering terjadi mengingat perebutan top 4 saat ini sangat ketat, dan Liga Champions tidak pernah memberi ampun bagi mereka yang lemah. So, start pressing or Die (injured).

About Arsya The Gooner

I'm forever Arsenal.

Leave a comment